watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Pacarku dan adiknya

Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan
Dian. Dian adalah seorang gadis mungil dengan
tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang
putih mulus. Walaupun payudaranya tidak
terlalu besar, ya... kira-kira berukuran 34 lah.
Selama pacaran, kami belum pernah
berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu
sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami
melakukan oral seks. Dian memiliki dua orang
adik perempuan yang cantik. Adiknya yang
pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit
yang putih mulus. Namun payudaranya jauh
lebih besar daripada kakaknya. Menurut
kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu
menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke
rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun
kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri
tegak karena membayangkan betapa enaknya
memegang payudaranya. Sedangkan adiknya
yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya
Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya
berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai
seperti seorang model cat walk. Payudaranya
baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju
yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan
puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-
geriknya sangat sensual. Pada suatu hari, saat di
rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang
ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang
ke mana-mana. Apalagi Dian mengenakan daster
dengan potongan dada yang rendah berwarna
hijau muda sehingga terlihat kontras dengan
kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD
yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton
berdua dengan Dian. Baru saja hendak kupencet
tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan sebuah
VCD porno. "Hei, dapat darimana sayang?"
tanyaku sedikit terkejut. "Dari teman. Tadi dia titip
ke Dian karena takut ketahuan ibunya", katanya
sambil duduk di pangkuanku. "Nonton ini aja ya
sayang. Dian kan belum pernah nonton yang
kayak gini, ya?" pintanya sedikit memaksa. "Oke,
terserah kamu", jawabku sambil menyalakan
TV. Beberapa menit kemudian, kami terpaku
pada adegan panas demi adegan panas yang
ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras.
Menusuk-nusuk pantat Dian yang duduk di
pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku
sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.
"Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?"
tanyanya sambil mendesah dan kemudian
mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum
kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya
yang merah dan langsung kucium, kujilat
dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang
mungil mengelus-elus penisku yang semakin
mengeras. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa
kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat.
Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya.
Di kamarnya yang nyaman kami mulai
melakukan foreplay. Kuremas payudaranya
yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum
putingnya yang mengeras. Kurasakan
payudaranya semakin mengeras dan kenyal.
Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati
vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan
kugigit dengan lembut. "Aahh... ahh... sa..
sayang, Dian udah nggak kuat... emh... ahh...
Dian udah mau keluar... aackh... ahh... ahh!"
Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi
mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah
mulutnya. Tangan Dian meremas batangku
sambil mengocoknya dengan perlahan,
sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku
sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas
bermain dengan buah pelirku, Dian mulai
memasukkan penisku ke dalam mulutnya.
Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku
masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya
memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum
dan mengocok batang penisku, Dian memainkan
puting susuku. Sehingga membuatku hampir
ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat
kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum
merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya
yang masih perawan itu. Saat sedang hot-
hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan
Dian terkejut bukan main. Ternyata yang datang
adalah kedua adiknya. Keduanya spontan
berteriak kaget. "Kak Dian, apa-apan sih? Gimana
kalau ketahuan Mama?" teriak Agnes. Sedangkan
Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Dian saling
berpandangan. Kemudian aku bergerak
mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat
dengan penis yang berdiri tegak, membuat
Agnes berteriak tertahan sambil menutup
matanya. "Iih... Kakak!" jeritnya. "Itunya berdiri!"
katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku
hanya tersenyum melihat tingkah lakunya.
Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata,
"Agnes, Kakak sama Kak Dian kan nggak ngapa-
ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya
orang pacaran ya... kayak begini ini. Nanti kalo
Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak
begini juga. Agnes udah bisa apa belum?"
tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus.
Agnes menggeleng perlahan. "Mau nggak Kakak
ajarin?" tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas
pantatnya yang padat. "Mmh, Agnes malu ah
Kak", desahnya. "Kenapa musti malu? Agnes
suka nggak sama Kakak?" kataku sambil
menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi
rambut halus. "Ahh, i.. iya. Agnes udah lama
suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak
Dian", jawabnya sambil memejamkan mata.
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di
lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes,
aku beralih ke Elsa. "Kalo Elsa gimana? Suka
nggak ama Kakak?" Elsa mengangguk sambil
kepalanya masih tertunduk. "Ya udah. Kalo gitu
tunggu apa lagi", kataku sambil menggandeng
keduanya ke arah tempat tidur. Elsa duduk di
pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk
mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak
mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba
payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga.
Bahkan setelah beberapa kali memasukkan
penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya
sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa
sedang memainkan penisku, aku mulai merayu
Agnes. "Agnes, bajunya Kakak buka ya?" pintaku
sedikit memaksa sambil mulai membuka
kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan
dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh
ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah.
Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku.
Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes
pun kemudian melakukan hal yang sama.
Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku
bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera
ditepiskannya tanganku. "Jangan Kak, malu.
Dada Agnes kan kecil", katanya sambil menutupi
dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum
kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias.
Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di
belakangnya. "Dibuka dulu ya!" kataku membuka
kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai,
payudaranya kuremas perlahan sambil
memainkan putingnya yang berwarna coklat
muda dan sudah mengeras itu. "Nah, kamu lihat
sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan
bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang
masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti
kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede
juga", kataku sambil mengusapkan penisku ke
belahan pantatnya. Agnes mendesah keenakan.
Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya
terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang
kudengar makin memburu. Segera kugendong
dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan
kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih
sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang
tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar
mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan
lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya.
Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas
payudaranya adiknya itu. "Aahh... ach... ge... geli
Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan
berhenti. Mmh... aahh... ahh." Setelah puas
dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa
menjauh sedikit dari tempat tidur. Dian kusuruh
meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian
menyuruh Agnes menjilati vaginanya.
Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa.
Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu
segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya
yang besar bergoyang-goyang di depan
mukaku. "Wow, tete kamu bagus banget.
Apalagi putingnya, merah banget kayak
permen", godaku sambil meremas-remas
payudaranya dan mengulum putingnya yang
besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
"Ahh, ah Kakak, bisa aja", katanya sambil tangan
kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya
berusaha manjangkau penisku. Melihat dia
kesulitan, segera kudekatkan penisku dan
kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil
mendesah keenakan, tangannya mengocok
penisku. Karena kurasakan air maniku hampir
saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya
yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui,
kocokannya lebih nikmat daripada Dian. Setelah
menenangkan diri agar air maniku tidak keluar
dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah
basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu
kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat
Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan
melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru
terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa
mengangkang lebih lebar lagi agar
memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan
kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua
pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman
sekali pikirku. "aahh, Kak... Elsa mau pipiss..."
erangnya sambil meremas pundakku. "Keluarin
aja. Jangan ditahan", kataku. Baru selesai
ngomong, dari vaginanya terpancar air yang
lumayan banyak. Bahkan penisku sempat
terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku
dalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Elsa
kembali ke tempat tidur. Kulihat Dian dan Agnes
sedang asyik berciuman sambil tangan
keduanya memainkan vaginanya masing-
masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak
cairan. Rupanya keduanya sudah sempat
ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia
yang dapat kesempatan pertama untuk
merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging.
"Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini",
katanya sambil mengambil posisi nungging.
Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku
dan kemudian mengecup penisku dengan
mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan
penisku ke vaginanya yang sedikit membuka.
Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit.
Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap
kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku
agar lebih masuk ke dalam. "Aachk! Sayang, sa...
sakit! aahhck... ahhck..." Dian mengerang tetapi
aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan.
Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke
dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku
sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-
denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai
lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang
basah sehingga memudahkan penisku untuk
bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan
membuatnya menggeliat dalam kenikmatan
yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh
Dian menggeliat dengan liar dan mengerang
dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali
melemas dengan nafas yang memburu.
Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air
hangat. Rupanya Dian sudah ejakulasi. Kucabut
penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang
menetes dari vaginanya. "Kok ada darahnya
sayang?" tanya Dian terkejut ketika melihat ke
vaginanya. "Kan baru pertama kali", balas Dian
mesra. "Udah, nggak apa-apa. Yang penting
nikmat kan sayang?" kataku menenangkannya
sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Dian
cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya,
aku pindah ke Elsa. Sambil mengambil posisi
mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke
mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu
kuletakkan penisku di antara belahan
payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua
payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu
penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan
kehangatan. "Ooh... Elsa, hangat sekali. Seperti
vagina", kataku sambil memaju-mundurkan
pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar
kemudian yang terdengar dari mulutnya
hanyalah desahan kenikmatan. Setelah beberapa
saat mengocok penisku dengan payudaranya,
kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut
bawahnya. "Dimasukin sekarang ya?" kataku
sambil mengusapkan penisku ke bibir
kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih
mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian
kumasukkan ke dalam kewanitaannya.
Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah
dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya
membuka kewanitaannya agar lebih gampang
dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat
mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak
begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan
seks yang belum pernah dia rasakan
mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan
saat itu. Kupercepat kocokanku. "Aahh... aahh...
aacchk... Kak terus Kak... ahh... ahh... mmh...
aahh... Elsa udah mau ke... keluar." Mendengar
itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan
semakin kupercepat kocokanku. "Aahh... Kak...
Elsa keluar! mmh... aahh... ahh..." Segera
kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir
kemaluannya mengalir cairan yang sangat
banyak. "Elsa, nikmat khan?" tanyaku sambil
menyuruh Agnes mendekat. "Enak sekali Kak.
Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu.
Boleh kan Elsa ngerasain lagi?" tanyanya dengan
mata yang sayu dan senyum yang tersungging
di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan
lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang
kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh
Dian. "Nah, sekarang giliran kamu", kataku
sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian,
untuk merangsangnya kembali, kurendahkan
tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa
kudengar jantungnya berdegup dengan keras.
"Agnes jangan tegang ya. Rileks aja", bujukku
sambil membelai-belai vaginanya yang mulai
basah. Agnes cuma mengangguk lemah.
Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes agar
duduk di atasku. Setelah itu kuminta
mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah
dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh
nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku.
Beberapa saat kemudian, "Kak... aahh... ada
yang... mau... keluar dari memek Agnes...
aahh... ahh", erangnya sambil menggeliat-geliat.
"Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja", kataku
sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya
meremas penisku keras sekali. Baru saja aku
selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan
hangat. "Aahh... aachk... nikmat sekali Kak...
nikmat..." jerit Agnes dengan tangan meremas-
remas payudaranya sendiri. Setelah kujilati
vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku.
Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga
kepala penisku menempel dengan bibir
vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku,
dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya
sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku
mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang
menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit
dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah
berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku
masuk, kutekan pinggulnya dengan keras
sehingga akhirnya penisku masuk semua ke
vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi
membuat Agnes menjerit kesakitan. Untuk
mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya
dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah
Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan
mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes
mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan
tubuhnya sehingga penisku makin dalam
menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin
basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun.
"Aahh... aahh... aachk... Kak... Agnes... mau
keluar... lagi", katanya sambil terengah-engah.
Selesai berbicara, penisku kembali disiram
dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari
kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Agnes
terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat
wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat
bibirnya dengan mesra. Setelah kududukkan
Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya
agar mendekat. Kemudian aku berdiri dan
mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga.
Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah
tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian
mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan
air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama
semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt... croott...
creet... creet! Air maniku memancar banyak
sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu.
Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih
banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi,
ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang
masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah
mereka sendiri bergantian. Setelah selesai,
kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian
merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping
kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku sambil
mencium bibirku. Kami berempat akhirnya
tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang
pengalamanku berhubungan seks, belum
pernah aku merasakan yang senikmat ini.
Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih
perawan pula semuanya. That was the best day
of my live.


Adult | GO HOME | Exit
1/1569
U-ON

inc Powered by Xtgem.com